PURBALINGGA - Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Pendiri Universitas Perwira Purbalingga (UNPERBA) Bambang Soesatyo menuturkan tantangan yang dihadapi dunia pendidikan adalah pembangunan karakter bangsa yang selama ini menjadi istilah yang begitu mudah diucapkan, namun sulit untuk diwujudkan. Tantangan tersebut menjadi semakin terasa nyata, manakala lompatan kemajuan teknologi informasi dan derasnya arus globalisasi, telah menghadirkan nilai-nilai modernitas zaman. Sehingga, membuat gagasan pembangunan karakter bangsa menjadi tidak menarik, bahkan hanya untuk sekedar dibicarakan saja.
"Generasi muda bangsa begitu terikat dengan gadget dan smartphone, sehingga cenderung anti sosial dan abai terhadap realitas sosial di sekitarnya. Budaya asing dianggap lebih modern, sehingga budaya sendiri cenderung dilupakan. Yang lebih membahayakan, nilai-nilai asing yang tidak selaras dengan karakter dan jati diri bangsa, begitu mudahnya masuk tanpa filter melalui dunia maya. Seperti budaya kekerasan, aksi radikalisme, hingga perilaku yang merendahkan nilai-nilai moralitas," ujar Bamsoet saat Sosialisasi Empat Pilar MPR RI dalam Wisuda Sarjana Universitas Perwira Purbalingga (Unperba) di Purbalingga, Kamis (14/9/23).
Purbalingga merupakan Daerah Pemilihan Bamsoet. Selain
mendirikan kampus UNPERBA di Purbalingga, Bamsoet juga
mendirikan PT BAMS pabrik pengolahan hasil pertanian di Banjarnegara yang menyiapkan berbagai cemilan ekspor serta ransum untuk TNI/Poli dan Hotel bintang tiga MEXOLIE di Kebumen.
Hadir dalam acara wisuda perdana itu antara lain Ketua Yayasan Perguruan Karya Bhakti Wisnu Bargowo, Pengawas Yayasan Karya Bhakti Sarjono, Rektor Unperba Eming Sudiyana serta sivitas akademika Unperba. Turut hadir pula Wakil Bupati Purbalingga Sudono dan Wakil Ketua DPRD Purbalingga yang juga Ketua DPD Partai Golkar Purbalingga, Ketua DPD Partai Golkar Banjarnegara Agus Junaedi dan Ketua DPD Partai Golkar Kebumen Halimah.
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini memaparkan, di tengah kegelisahan tersebut, muncul pula kasus sindikat rumah produksi film porno di Jakarta Selatan, yang mampu memproduksi 120 judul film hanya dalam kurun waktu satu tahun. Pemberitaan ini seakan-akan mengkonfirmasi data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang mencatat bahwa sepanjang tahun 2022, dari 26.112 kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan, mayoritas merupakan kasus kekerasan seksual.
"Ini adalah sinyal keras bahwa saat ini moralitas bangsa sedang mengalami degradasi. Fenomena di atas tidak hanya membuat kita mengelus dada, tetapi memberi tamparan keras pada muka kita yang selama ini mengklaim sebagai bangsa yang menghormati adat budaya, memuliakan kearifan lokal, dan menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas dan agama," kata Bamsoet.
Ketua Dewan Pembina Yayasan Perguruan Karya Bhakti yang mengelola Unperba dan Ketua Dewan Pembina Perhimpunan Alumni Doktor Ilmu Hukum Unpad ini menambahkan, degradasi moralitas bangsa adalah salah satu indikator nyata bahwa pembangunan pada sektor pendidikan masih belum berdayaguna secara optimal. Konstitusi tegas mengamanatkan pada pasal 31 ayat 3, bahwa sistem pendidikan nasional yang dianut adalah sistem pendidikan yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia.
Tidak hanya itu, saat ini juga dirasakan mulai memudarnya identitas dan jati diri ke-Indonesiaan, khususnya di kalangan generasi muda bangsa. Nilai-nilai kearifan lokal seperti adab sopan santun dalam sikap dan perilaku, mulai tergerus dan terpinggirkan oleh gaya hidup hedonis, individualis, egois dan pragmatis.
"Karena itu, kesadaran untuk membangun wawasan kebangsaan di kalangan generasi muda, khususnya mahasiswa, menjadi sangat penting. Karena wawasan kebangsaan generasi muda akan menjadi faktor kunci yang akan menentukan seperti apa wajah Indonesia di masa depan," pungkas Bamsoet.