Jakarta, mediahaluoleo.com - Pengembangan kawasan ekonomi baru Rempang Eco-city di Pulau Rempang, Kepulauan Riau mendapat penolakan sejumlah warga setempat.
Warga menolak direlokasi demi memuluskan pembangunan proyek strategis nasional (PSN) tersebut. Penolakan pun berujung bentrok warga dengan aparat gabungan TNI-Polri pada Kamis (7/9) lalu.
Bentrokan menjadi perhatian publik nasional setelah video penembakan gas air mata beredar di media sosial. Sejumlah anak sekolah harus dilarikan ke fasilitas kesehatan karena terkena gas yang membuat dada terasa panas itu.
Setelah begitu banyak menarik perhatian publik, gelombang demonstrasi mulai mencuat di kawasan Metropolitan. Sejumlah Ormas, Eleman Masyarakat dan Aktivis Mahasiswa beberapa kali menggelar Aksi Solidaritas untuk Rempang.
Senada dengan hal tersebut, Abdul Razaq Al Amin Ode yang kerap disapa Razaq, sebagai salah satu Aktivis Ham yang eksis dalam Organisasi Mahasiswa Himpunan Mahasiswa Islam(HMI) turut angkat bicara,
"Berangkat dari kajian yang komprehensif, saya dan teman-teman HmI Unas, melihat Proyek Rempang ini sebagai urgensi daripada Investasi asing agar bisa bersaing dengan negara negara tetangga, namun bagi kami apalah arti investasi untuk bersaing kalau mesin-mesin perampas tanah itu hanya mengeksploitasi amarah masyarakat dan menciptakan bentrok antara aparat dan sipil, inikan keluar dari koridor Hak Asasi Manusia." Tegas Razaq.
Berdasarkan muatan pada media CNN Indonesia, memang benar adanya bahwa Rempang Ecopark adalah proyeksi investasi asing untuk meningkatkan daya saing Indonesia dengan Negara Tetangga, Malaysia dan Singapura. Dan menurut Menteri Investasi/BKPM Bahlil Lahadalia proyek Rempang Eco-city harus tetap berjalan. Ia menilai akan banyak kerugian yang dialami Indonesia jika Xinyi Group batal berinvestasi.
"Saya sudah mendapatkan informasi terkait statement dari Pak Bahlil, sepintas memang serba salah, pekerja tambang bisa kehilangan pekerjaannya, tapi apakah pemerintah hari ini bisa melihat di sisi lain terkait perampasan lahan yang melibatkan represifitas, kan ini jatuhnya pemaksaan, lagi-lagi harus dipertimbangkan juga hak masyarakat adatnya." Pungkas Razaq.
Razaq juga mengatakan bahwasanya, lama kelamaan akan digerus terus sumber daya alam di Indonesia, sehingga Indonesia akan terus-terusan menjadi tumbal dari feodalisme Negara Adidaya.