Pendekatan Militeristik Bukan Satu-satunya Cara Dalam Memperkuat Posisi Indonesia di Bidang Pertahanan, Keamanan, Geopolitik Dan Hubungan International

Pendekatan Militeristik Bukan Satu-satunya Cara Dalam Memperkuat Posisi Indonesia di Bidang Pertahanan, Keamanan, Geopolitik Dan Hubungan International



Oleh : Fuad Rinaldi Ketua IKA Muda UNPAD Sekaligus Sekjen Garda Kemerdekaan


Debat capres hari ini kita berbicara tentang masa depan pertahanan negara kita, keamanan, hubungan international dan geopolitik, dalam hal pertahanan dan keamanan adalah sesuatu yang tak bisa diremehkan dalam mengukir jalannya bangsa ke depan. Ada perbedaan pendekatan yang sangat penting dalam memandang pertahanan dan keamanan Negara dari ketiga capres ini.



Seluruh capres memiliki visi dan misi yang cukup baik dan mempunyai pengalaman yang bersinggungan dengan tema ini.akan tetapi Pertama saya ingin menyoroti Pak Ganjar Pranowo memiliki visi yang unik berbeda dengan Anis Baswedan dan Prabowo Subianto. Ganjar Pranowo menitikberatkan pada Pertahanan Rakyat Semesta, yang mencakup reformasi polisi sebagai bagian dari  kekuatan sipil dalam mengamankan ketertiban dan kemananan Negara, bagaimana polisi untuk berjuang menjadi pelayan masyarakata dengan mengkonkritkan sifat dan sosok Hoegeng yang sederhana selama bertugas menjadi polisi sebagai landasan pengayom masyarakat. Berbeda dengan pendekatan Prabowo yang lebih menekankan pada penguatan militer semata, kekuatan militer semata seolah-olah dengan kekuatan  masalah militer pertahanan negara kita, keamanan, hubungan international dan geopolitik.


Sedangkan Anis Baswedan visi beliau terhadap pertahanan masih berkutak pada kesejahteraan prajurit,memang program ini harus dijalankan akan tetapi dalam visi pertahanan yang disampaikan oleh Anis Baswedan adalah hal yang memang sudah dilaksanakan oleh pemerintahan sebelumnya. Berbeda dengan Pak Ganjar Pranowo membahas tema debat capres kali ini dengan komprehensif masa depan pertahanan negara kita, keamanan, hubungan international dan geopolitik. Pak Ganjar Pranowo membahas bagaimana Negara kita kedepannya memperkuat peran Duta Besar sebagai alat diplomasi yang kuat demi kepentingan dalam negeri Negara dan juga menjadikan Duta Besar kita menjadi Duta Besar Cyber yang bisa juga memperkuat BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara).

 

Namun, perlu diingat, permasalahan pertahanan, keamanan, Hubungan International dan Geopolitik bukanlah sekadar soal kekuatan militer yang kuat melulu. Kekuatan militer tanpa dibarengi oleh kekuatan sipil yang kuat dalam bentuk Pertahanan Rakyat Semesta yang komprehensif akan menyebabkan hegemoni militer yang berlebihan di atas sipil. Ini adalah hal yang sangat berbahaya karena bisa membuka jalan menuju otoritarianisme yang bersifat militeristik.



Sebagai Sekjen Garda Kemerdekaan, saya sangat khawatir, terutama karena Prabowo pernah melemahkan kekuatan sipil pada masa lalu, seperti dalam kasus pemecatan oleh Panglima TNI saat itu, Wiranto pada tahun 1998. Kita tak ingin mengalami situasi di mana militer memiliki kendali yang terlalu besar atas kekuatan sipil, ini akan mengancam demokrasi kita. Image ini harus mau dirobah oleh Pak Prabowo dengan cara menjunjung tinggi kekuatan Sipil dalam setiap penyelesaian masalah bangsa dan negara. mungkin Image ini bisa terkikis.



Selain itu, kami juga melihat bahwa Anies Baswedan, dalam visi pertahanannya, belum kami lihat menawarkan program yang konkrit dan jelas. Ini adalah masalah besar karena masa depan pertahanan kita haruslah disokong oleh visi yang jelas dan program terukur. Tidak hanya visi yang baik tapi tidak bisa direalisasikan, akan tetapi Anis Baswedan memiliki sebuah komitmen Akan Kemerdekaan Palestina ini menjadi sebuah kekuatan juga. walaupun Pak Ganjar Pranowo mengungkapkan hal yang sama.



Selain dari perbedaan dalam pandangan, kita juga perlu melihat sikap calon presiden terhadap isu-isu internasional. Pak Prabowo Subianto adalah satu-satunya kandidat yang tidak mengutarakan visi kemerdekaan Palestina secara tegas dalam penyampaian visi misi di debat capres hari ini. Kang Fuad Selaku Ketua Poros Alumni Gerakan Pro-Demokrasi Mengatakan Pendekatan Pertahanan,Kemanan,Hubungan International dan Geopolitik tidak hanya melalui Pendekatan Militeristik saja.



Karena itu, saya menyerukan kepada masyarakat untuk menjadi cerdas dan kritis dalam memilih calon presiden berikutnya. Pilihan kita tidak hanya akan mempengaruhi masa depan pertahanan, keamanan, hubungan international dan geopolitik kita, tetapi juga masa depan demokrasi dan kedaulatan sipil negara kita. Salam Demokrasi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama