Ribuan santri Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia (DQ), pada 16 Februari 2024, memenuhi kursi yang ada di bawah tenda berwarna biru-putih. Kehadiran para santri di tenda yang berada di lapangan terbuka itu untuk mengikuti acara pembukaan Wonderkind X Festival.
Acara yang digelar secara rutin di pondok pesantren yang berada di Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, itu merupakan kegiatan pentas seni dan budaya serta digelar bazaar yang menjajakan berbagai macam makanan dan minuman.
Dalam Wonderkind X Festival, suasana pembukaan yang ada bertambah meriah dan khidmat sebab Wakil Ketua MPR Dr. H. Muhammad Hidayat Nur Wahid LC., MA (HNW) berada di antara ratusan santri.
Kehadiran Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di pesantren yang santrinya berasal dari berbagai daerah itu langsung disambut oleh Pembina Yayasan DQ, KH. Abdul Hasib Hasan Lc; Ketua Umum Yayasan DQ, Ustazah Aisyah Abdul Hasib, dan Donatur DQ, Prof. Dr. Endang Dwi Amperawati dll.
Kepada wartawan. HNW mengapresiasi Wonderkind X Festival. “Di tengah berbagai tantangan kemajuan jaman, santri tetap bisa menyelenggarakan kegiatan yang sangat future dimension”, ujarnya. Acara itu disebut suatu bukti santri DQ siap memyambut dan berkontribusi dalam era yang disebut Bonus Demografi atau Indonesia Emas 2045.
Menurut pria yang menjadi Ketua Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor itu Wonderkind X Festival amat dipentingkan, didukung, disemangati. “Mudah-mudahan Wonderkind X Festival menjadi trend dan diikuti oleh seluruh pesantren lainnya”, harapnya.
Dinamika yang positif dari para santri itulah yang menurut HNW membuat pesantren semakin banyak diminati oleh para orangtua untuk memasukan anaknya ke pesantren. Diungkap jumlah pesantren di tanah air lebih dari 25 ribu Pesantren baik yang tradisional maupun modern. Di berbagai kota dan desa, lembaga pendidikan khas Indonesia itu ada. “Di pesantren saat ini berbagai bidang ilmu diberikan”, ujar santri Gontor tahun 1970-an itu.
Pria alumni Universitas Madinah, Arab Saudi, itu mengatakan sistem pendidikan pesantren memiliki kekhasan. Nilai-nilai etika dan moral ditekankan. “Etika amat sangat dipentingkan di pendidikan pesantren”, paparnya. Bahkan di kalangan pesantren diajarkan bahwa ethika merupakan azas daripada keberadaan bangsa dan negara. Ada ungkapan yang popular di sana, kalau masih ada etika maka bangsa dan negara masih ada namun kalau etika hilang maka bangsa dan negara ini akan hilang pula.
Lebih lanjut dikatakan, etika yang diajarkan di pesantren tidak hanya bagaimana diamalkan dalam keseharian oleh para santri namun santri juga harus memberikan contoh sekaligus mengajarkan nilai dan amalan etika kepada masyarakat terutama generasi muda, generasi millenial. “Bila santri dan generasi millenial menjalankan nilai-nilai etika maka generasi muda akan berkontribusi positif menyelamatkan bonus demografi, menyongsong Indonesia Emas 2045”, paparnya.
Dalam kesempatan tersebut HNW menekankan pentingnya pengulangan peran generasi muda. Diungkap di tahun 1924, kali pertama kata Indonesia muncul. Kata Indonesia dimunculkan oleh para pemuda pelajar Indonesia yang menempuh pendidikan di Belanda. Pada masa itu para pelajar Indonesia yang kuliah di Belanda dan negara-negara di Timur Tengah memiliki visi dan etika yang sangat bagus. “Baik etika pribadi maupun etika dalam pergaulan kehidupan berbangsa dan bernegara”, paparnya.
Bukti dari baiknya etika adalah mereka tidak terbawa oleh kehidupan yang bernuansa Barat yang melakukan penjajahan terhadap negara mereka Indonesia. “Dengan etika yang dimiliki, mereka justru memberikan pencerahan pada paham kebangsaan dan keumatan, dengan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia”tuturnya.
Di masa yang sekarang, HNW berharap agar santri lebih maju lagi, agar kekhawatiran ketidakmampuan generasi muda dalam menyambut bonus demografis bisa ditepis. “Bila generasi muda sekarang memiliki etika buruk, maka kedepan kita akan memanen sesuatu hal yang juga buruk. Juga sebaliknya”tambahnya.
Dirinya prihatin bangsa ini dilanda krisis etika. Bahkan Wakil Presiden Makruf Amin pernah menyebut bahwa Indonesia darurat akhlak. Apalagi belakangan Ketua KPK-nya ada yang bermasalah dengan etika, demikian juga Ketua MK, dan Ketua KPU bermasalah dengan etika. “Pemilu pun juga terindikasi bermasalah dengan etika”tuturnya. Hal demikian menurutnya perlu segera dikoreksi. “Bila dibiarkan saja oleh Pesantren dan kaum muda santri dari generasi milenial/Z, bagaimana kita bisa memanen bonus demografi dengan hasil yang baik, dan secara positif membayangkan tetap
bisa hadirnya generasi emas tahun 2045? Semoga Wonderkind di Pesantren ini bisa jadi inspirasi dan penyelamat”pungkasnya.
Lp. Ardi Winangun